- Pelatihan Operasional dan Pengolahan Data Drone untuk Mendukung Pemanfaatan Air Bawah Tanah di Wilayah Karst
- Strategi dan Kebijakan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
- Benang Kusut Tata Ruang, Hulu Bencana Banjir dan Longsor
- Nilai Properti di Daerah Terdampak Banjir Turun 20 Persen
- Langgar Tata Ruang, Bencana Banjir dan Longsor Pun Berulang
“Nonton Bareng Film Kopi” sebagai Upaya Awal Edukasi untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Banjarnegara
Karangkobar (26/4) – Tim pengabdian konservasi DAS yang diketuai oleh Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si. mengadakan acara nonton bareng bersama masyarakat Dusun Tamansari dan Dusun Wanasari, Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Acara dihadiri oleh seluruh anggota kelompok tani kedua dusun yang berjumlah 40 orang. Film dokumenter yang diputar malam itu berkisahkan tentang seluk beluk pertanian kopi serta keuntungan ekonomi yang dapat dirasakan oleh masyarakat saat ini dan di masa yang akan datang.
Tanaman kopi diperkenalkan sebagai komoditas unggulan dan sedang gencar diupayakan banyak orang untuk mengatasi permasalahan klasik di daerah penghasil pertanian, yaitu munculnya hama penyakit serta ketidakpastian harga pada saat panen. Kopi dipilih sebagai tanaman konservasi dikarenakan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, serta memiliki nilai strategis sebagai tanaman konservasi tanah dan air.
Kurang nikmat rasanya jika melihat film dokumenter mengenai kopi tanpa menyeruput nikmatnya rasa dan harum bau dari hangatnya secangkir kopi. Oleh karena itu, sembari menikmati film yang ditayangkan, seluruh anggota kelompok tani disuguhi salah satu jenis kopi yang sedang menjadi primadona penikmat kopi yaitu “Kopi Arabika”. Jenis kopi ini adalah salah satu jenis kopi yang cocok dibudidayakan didaerah seperti Desa Leksana. Kelompok tani di desa ini adalah salah satu kelompok tani perintis yang sudah berhasil membudidayakan jenis kopi lokal dan sedang berupaya melakukan pengembangan.
Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si. dan Dr. Ngadisih, STP., M.Sc selaku tim dari pengabdian konservasi DAS, menyampaikan bahwa budidaya kopi menjadi peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dapat memperbaiki kondisi lingkungan. Kopi mempunyai jenis akar yang dapat mencengkeram tanah dengan sangat kuat dan dapat melindungi tanah dari erosi. Tanaman kopi dinilai sangat tepat sebagai tanaman konservasi di lokasi rawan bencana. Selain itu, kopi tidak membutuhkan pupuk terlalu besar seperti halnya budidaya pertanian sayuran. Jika dilihat dari keuntungan ekonomi, ketika panen raya petani bisa menyimpan hasil panen dan dapat menentukan sendiri waktu yang tepat untuk menjualnya. Harga jual kopi juga lebih cenderung stabil dibandingkan dengan harga komoditas pertanian yang sangat berfluktuatif.
Tanaman kopi tidak memerlukan perlakuan khusus seperti halnya perlakuan yang diberikan pada tanaman pertanian semusim. Selain itu, terdapat pula pola agroforestry yang dapat menjadi salah satu solusi mengkombinasikan tanaman kopi dengan tanaman pertanian semusim yang nantinya akan meningkatkan hasil produksi lahan.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mengajak masyarakat kelompok tani kedua dusun untuk mau melakukan budidaya kopi sekaligus melakukan pengolahan hasil pasca panen. Kegiatan pemutaran film ini berhasil mengundang antusias yang sangat baik dari warga. Antusiasme terlihat dari tanggapan serta pertanyaan terkait dengan pemaparan materi yang disampaikan. Mereka menyampaikan tanggapan positif dan berkeinginan kuat untuk memulai membudidayakan kopi demi menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan untuk saat ini dan mendatang.